Total Tayangan Halaman

Minggu, 20 November 2016

Cerpen Biografi




NAIM
Penulis: Panji Anugerah
e-mail: Panjianugerahp@gmail.com

            Naim kamu terbaik, ucap afdal siang itu yang menambah keriuhan tawa yang terbahak. Bisa sakit perut kalau sudah melihat tingkah laku Naim. Segudang kelucuan yang tak membosankan dari dirinya. Dia teman satu kost afdal, kebanyakan teman jika ada masalah, galau dan sebagainya datang dan bercanda ria dengan Naim pasti dan dapat dipastikan kegalauan itu akan hilang. Nama di aktenya bukan Naim tetapi Nanda Naim itu sebuah singkatan (Nanda Imut). Ia jarang marah atau kesal seandainya itu terjadi dengan menyebut Naim kamu terbaik amarahnya bakal hilang. Ntah apa yang ada dibenaknya jika mendengar Kamu terbaik perasaannya seperti mengudara ke alam bebas, terbang kesana-sini tak tau arah untuk pulang maupun kembali. Apapun yang kita suruh, bagaimana kondisi jiwa ataupun dunia masa itu ia akan mengiyakan dan melaksanakannya.
            Dia tak mengenal wanita, cinta, dia tak mengenal kata pacaran baginya itu sebuah perbuatan keji dan dosa besar sebagaimana disampaikan orangtuanya kala ia baru berumur 7 tahun. Dia bukan munafik tetapi terlalu dini jika berbicara pacaran dengan sifatnya yang seperti itu. orangnya rajin dan sangat-sangat rajin jika tugas diberikan hari ini dan dikumpul 7 hari kedepan maka 6 hari sebelum itu tugasnya telah selesai seperti itulah seterusnya walau di penghujung semester Indeks Prestasinya tidak pernah mencapai angka 3,00. Hampir semua orang yang mengenalnya menyenanginya, baik senang karena kelucuan, karena ingin ada hiburan maupun semata-mata ingin mencemeeh atau apalah namanya. Dia tekun beribadah, orangnya selalu enjoy ia selalu sholat Shubuh jam 7 pagi, tidak ada yang harus disalahkan selagi ada niat pasti bisa katanya, kepada seorang teman yang mengomentari.
***
            Jangan lupa sholat ya nak, rajin-rajin yang kerja itu, harus pandai mengambil hati juragan ya nak, trus jangan lupa komunikasi ibu sama ayah ya nak. (Ibu cium kening      naim) yang membuat suasana senja kala itu begitu pilu. Senyum Ibu pengantar manisnya perjalanan. Ayah dan ibunya begitu terpukul kala melihat sang anak harus pergi ke provinsi sebelah untuk menambah bekal di meja perkuliahan nanti. 6 jam perjalanan, akhirnya naim dapat menghirup udara kota lancang kuning. memandangi setiap sudut kota,  melihat kuliner yang berserakan di pinggiran jalan, Kala itu hujan baru reda menambah nuansa sunyi yang teringatkan ia pada masa kecil. Ia berjalan ke setiap ujung kota, menyapa, dan tersenyum siapa saja yang ada disana.
Naim itu ada konsumen ucap Juragan, naim meninggalkan beberapa kertas di atas  mesin photocopy.
Konsumen: bang beli Spidol satu.
Naim: apa?
Konsumen: Spidol bang.
Naim: menyodorkan pena.
            Pergi pagi pulang sore, begitulah aktivitas yang dilakukan Naim selama kurang lebih dua bulan. Peluh yang menetes tubuhnya, rindu yang selalu menghantui tak ada sedikitpun ia ratapi, karena ia lebih baik memikirkan jika gagal di masa esok. Kuliah adalah harga mati untuknya, bagaimana pun caranya. Dadanya terkadang berapi-api walau terkadang rapuh begitu saja. Orangtuanya sedikitpun tidak pernah menyuruh apalagi memaksa. Itu sendiri datang dari niat tulus naim yang dibarengi dengan doa-doa mereka. Naim harus menempuh jalan sepanjang 1 km setiap hari dari kost ke tempat kerja, di suatu hari didalam perjalanan ada seorang lelaki separuh baya, berbadan besar tangan dipenuhi tatto dan bekas-bekas jahitan di sekujur tubuh memberhentikan langkah naim yang tergesa-gesa, pria itu bertanya dengan lantang kamu orang mana? dengan lirih naim menjawab aku mau kerja di photocopy. Setelah kejadian itu satu orang pun tidak ada yang mampu memberhentikan naim.
            Mas andi begitu dekat dengan naim, keseluruhan karyawan heran melihat naim  disebabkan karena juragannya tersebut orangnya susah untuk diajak kompromi, egois begitu. Tetapi itu hanya sebuah ungkapan-ungkapan murahan bagi naim ia adalah sosok yang sangat santun, dan mempunyai sifat ke-ayahan yang sangat tinggi, meskipun dalam realitanya ia belum di karuniai anak setelah 10 tahun menikah. Naim dan mas andi jika malam tiba sering mengelilingi kota dan mencari tempat untuk memanjakan lidah yang sesuai dengan hasrat. Seketika malam yang begitu dingin terasa hangat bagi naim jantungnya terucap-ucap setelah sang juragan  menyatakan ingin menjadikan naim sebagai anak kandungnya. Ini berita baik atau buruk yang penting naim tidak mampu menjawabnya hanya mampu bergumam dan tercengang.
***
            Naim mengeluh kepada teman-teman yang sewaktu itu ada di dalam kamar kost, ia berucap Aku lapar.
Aswan: Kamu lapar im?
Naim: iya, aku lapar.
(Tiba-tiba afdal datang membawa lauk)
Naim: minta sambal kamu dal, aku lapar!
Afdal: iya, ambil sajalah im jangan segan-segan.
Naim: (Naim menyenduk nasi ke dalam piringnya) apa teman nasi kita dal?
Afdal:  Telur im.
Naim: naim meletakkkan piringnya.
            Jam telah menunjukkan jam 15.00 naim kamu belum makan, nanti kamu sakit ucap aswan. Biarlah, ucap naim. Nanti kamu nggak semangat main bolanya kalo udah sakit ucap aswan sekali lagi. Naim ini hobby bermain bola dan hobbynya itu pakai ganda, tidak ada tawar menawar kalo dalam sistem bola bagi naim. Lapangan sepakbola jauh dari kostnya dan ia tak mempunyai kendaraan, jika naik ojek uang untuk print tugas besok bakal nggak ada. Dengan sedikit egois ia diam-diam mengambil kunci motor temannya dan melarikannya padahal itu hari pertama temannya nge-date setelah 4 tahun menikmati kesendirian. Ia fans liverpool sejati setiap ada pertandingan Liverpool pasti ia yang pertama kali terbang ke layar kaca. Setiap bangun tidur, pulang kuliah, dan mau tidur kembali pasti ia menceritakan tentang Liverpool, liverpool dan liverpool sampai telinga temannya jenuh untuk mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya. Ia sangat cinta Liverpool dan prinsipnya lebih baiklah ia dihina, daripada klub kesayangannya itu dihina.
***
Pernah pada suatu waktu anak-anak kostnya nonton bola bareng bertepatan Match kala itu M. United vs Liverpool yang mana keseluruhan temannya pendukung M. United. hasil akhir menunjukkan liverpool kalah pada itu. ribuan kata hujatan menerpa nalar naim karena tak sanggup mendengar itu semua naim menendang meja warung hingga semua mata tertuju padanya, ada yang tajam, sinis, malam yang memilukan bagi naim. Ia benci semua orang kala itu, ketika dipanggil dan di ajak berbicara tidak ada sautan diam, diam dan diam. Padahal teman-temannya kala itu hanya bercanda untuk mencemeeh naim dengan asumsi untuk menguji kesabaran seorang yang tak kenal dengan amarah. Dooor, naim menutup pintu kamarnya rapat-rapat ia tak mau mendengar celotehan sampai pagi esok. 3 hari ia menutup diri dari lingkungan yang mengajarkan ia menikmati hidup dan makan secukupnya.
            Naim berbadan kurus, berambut keriting dan memiliki pendengaran yang kurang yang mana sangat-sangat menghambat ia dalam melakukan komunikasi, Gangguan pendengaran ini bawaan dari lahir. Ia harus bersusah payah meneliti, dan mencermati seseorang yang berbicara kepadanya melalui gerak-gerik lisan. Sebagian temannya telah mengerti dengan itu dan mereka berbicara dengan pelan dan jelas. Tetapi jika orang yang baru mengenalnya terkadang merasa risih, dan merasa naim aneh karena terkadang jawabannya tidak sesuai dengan yang ditanyakan.
Badannya yang langsing menunjang kecepatannya untuk bermain sepakbola. Ia menekuni dunia bola ini sejak usia 7 tahun. Ia memasuki beberapa sekolah-sekolah sepakbola junior di kampungnya dan menggali ilmu sedalam-dalamnya. Bakat bermain bolanya turun langsung dari sang ayah dan kakek. Mereka berdua ini sangat-sangat menyetujui naim masuk SSB ini. adanya bantuan moril dan materil dari sang ayah dan kakek menambah semangat naim untuk lebih giat lagi berlatih.  Banyak prestasi-prestasi yang ia torehkan seperti pemain terbaik, top skor di kecamatannya, dan masuk nominasi pemain terbaik di kabupatennya.  
Naim telah menambah warna baru dalam lingkungan anak kost sekitarnya walau pernah hilang selama satu semester. Naim sekarang menduduki semester 5 di bangku perkuliahan di salah satu universitas negeri. Semester kemarin, ia harus cuti di bangku perkuliahan di akibatkan tulang punggung keluarganya sakit. Dengan ikhlas naim harus menerima kenyataan pahit ini dan menggantikan ayah untuk mencari nafkah. Sebuah tanya dalam mimpi, sebuah realita dalam hati apakah semua ini dapat kujalani? Ah sudahlah ucap naim melanjutkan aktivitasnya memberi pupuk pada cabai yang dalam waktu dekat dapat dipanen. Kuliah ke kebun selama 4 bulan menggantikan dan merasakan aktivitas ayah yang telah berpuluh-puluh tahun di tekuni. Gigitan nyamuk, terik dan hujan setia menemani.
***
            Ketika ditanya cita-cita kamu apa naim? Dengan penuh harap ia berkata aku ingin seperti Coutinho pemain Liverpool yang ia damba-dambakan. Kala itu pukul telah menunjukkan pukul 15.30 cerita ringan yang penuh makna dan mimpi ini menghipnotis naim dan teman-temannya untuk malas bergerak. Ada yang lupa tugas, ada yang lupa tujuannya ntah mau ngapain ke kost, terjebak dengan waktu.

***
            Ia berasal dari suatu tempat di penghujung negeri. Mengenal dunia dengan kesederhanaan, mendengar ciutan burung-burung di pagi hari, masih dapat menghirup udara dengan segar tanpa ada polusi seperti yang di perkotaan. Ia diajarkan dan dikenalkan tentang dunia yang berlandaskan islam dan kental dengan budaya –budaya yang mayoritas muslim.
            Ketika ia memasuki angka 17 atau yang istilah remaja dengan sweet seventeen ia menderita penyakit yang mana dokter menganjurkan ia dalam beberapa bulan ke depan tidak boleh memakan, telur dan ikan. Karena ajuran ini otomatis naim menyambung hidupnya dengan ayam, dan daging. Dan karena kebiasaan itu mengajarkan ia harus merogoh kocek kantong lebih dalam untuk melanjutkan hidup di rantau orang.     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar