Jeritan
pilu Kursi!
Penulis:
Panji Anugerah
Riuh Mahasiswa sana-sini yang selalu ku dengar setiap hari, Riuh
karena perkuliahan, perdebatan bahkan cerita-cerita yang bermakna kosong. Aku
tak tau kenapa aku bisa sampai disini, disebuah perguruan tinggi negeri agama
islam yang berletak di tanah paguruyung. Sejak aku dilahirkan 7 tahun silam aku
selalu harus mengikuti apa kata majikan, mau tidak mau itu harus ku ikuti
mungkin aku diciptakan hanya untuk di perintah dan sangat dibutuhkan semua
golongan baik dari yang elite hingga proletar. Aku senang karena bisa berguna
bagi semua orang dan dapat membantunya menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
Dibalik kegiranganku yang ikhlas membantu, terkadang aku terlalu
cengeng kucoba untuk menahannya tetapi air mataku terlalu mudah tertumpah.
Mereka tidak menghargaiku, menyanyangiku layaknya sebuah benda-benda lain yang
mereka cintai. Mereka kesal, mereka benci aku sering sebagai pelampiasannya
dicampakkan, di tendang bahkan di jungkir balikkan sesuka hatinya. Kakiku yang
dulu empat kini menjadi tiga, Aku tak
mampu untuk bicara karena ku hanya sebuah kursi, biarlah rasa itu kusimpan
hingga mereka akan menyadarinya. Tidak sedikit juga mereka menempelkan permen atau kotor-kotoran, sekali
lagi aku tak mampu untuk berucap. Kini aku harus tinggal di sebuah ruangan yang
lusuh, dipenuhi laba-laba dan debu. Di tempat baru ini aku bertemu dengan
teman-teman yang nasibnya sama denganku bahkan ada yang lebih. Kami habiskan
waktu untuk bercerita dan mengungkapkan ke kesalan kepada mereka yang tak
menghargai. Aku ingin bebas, ingin menghirup udara segar lagi. Sampai kapan
kami diperlakukan seperti ini? coba dibayangkan jika tidak ada kursi di meja
perkuliahan apakah proses belajar akan efektif? Saya rasa tidak. Apakah harus
ada peraturan agar kami dihargai.
Aku tercipta dari kayu jati, di proses pembuatan mereka
memperlakukan sangat lembut, merawat sepenuh hati. Jika waktu bisa diulang aku
berharap tetap di pabrik dan tak ingin kemana-mana. Manusia terkadang tidak
bertanggung jawab karena ulah merekalah aku terjebak dan harus menikmati hari
disebuah ruangan yang di keremunin oleh debu, aku tak tau sampai kapan aku
disini mungkin bisa saja untuk selamanya.
Follow My instagram : @panjianugerahp
Email : panjianugerahp@blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar