Total Tayangan Halaman

Jumat, 18 November 2016

Essai tentang kursi




Jeritan pilu Kursi!
Penulis: Panji Anugerah


Riuh Mahasiswa sana-sini yang selalu ku dengar setiap hari, Riuh karena perkuliahan, perdebatan bahkan cerita-cerita yang bermakna kosong. Aku tak tau kenapa aku bisa sampai disini, disebuah perguruan tinggi negeri agama islam yang berletak di tanah paguruyung. Sejak aku dilahirkan 7 tahun silam aku selalu harus mengikuti apa kata majikan, mau tidak mau itu harus ku ikuti mungkin aku diciptakan hanya untuk di perintah dan sangat dibutuhkan semua golongan baik dari yang elite hingga proletar. Aku senang karena bisa berguna bagi semua orang dan dapat membantunya menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
Dibalik kegiranganku yang ikhlas membantu, terkadang aku terlalu cengeng kucoba untuk menahannya tetapi air mataku terlalu mudah tertumpah. Mereka tidak menghargaiku, menyanyangiku layaknya sebuah benda-benda lain yang mereka cintai. Mereka kesal, mereka benci aku sering sebagai pelampiasannya dicampakkan, di tendang bahkan di jungkir balikkan sesuka hatinya. Kakiku yang dulu empat kini menjadi tiga,  Aku tak mampu untuk bicara karena ku hanya sebuah kursi, biarlah rasa itu kusimpan hingga mereka akan menyadarinya. Tidak sedikit juga mereka  menempelkan permen atau kotor-kotoran, sekali lagi aku tak mampu untuk berucap. Kini aku harus tinggal di sebuah ruangan yang lusuh, dipenuhi laba-laba dan debu. Di tempat baru ini aku bertemu dengan teman-teman yang nasibnya sama denganku bahkan ada yang lebih. Kami habiskan waktu untuk bercerita dan mengungkapkan ke kesalan kepada mereka yang tak menghargai. Aku ingin bebas, ingin menghirup udara segar lagi. Sampai kapan kami diperlakukan seperti ini? coba dibayangkan jika tidak ada kursi di meja perkuliahan apakah proses belajar akan efektif? Saya rasa tidak. Apakah harus ada peraturan agar kami dihargai.
Aku tercipta dari kayu jati, di proses pembuatan mereka memperlakukan sangat lembut, merawat sepenuh hati. Jika waktu bisa diulang aku berharap tetap di pabrik dan tak ingin kemana-mana. Manusia terkadang tidak bertanggung jawab karena ulah merekalah aku terjebak dan harus menikmati hari disebuah ruangan yang di keremunin oleh debu, aku tak tau sampai kapan aku disini mungkin bisa saja untuk selamanya. 

Follow My instagram : @panjianugerahp
Email : panjianugerahp@blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar