Total Tayangan Halaman

Selasa, 07 Juni 2016

Cerpen Pengalaman hidup



Penulis: Panji Anugerah

Sesaat Tersesat di Tanah Minang
Melangkah dengan sebuah kebingungan dan penasaran yang menyampaikan langkahnya kesini. Terbersit dalam hatinya kenapa disini, kenapa harus kesini. Tidak ada perencanaan ataupun impian awalnya datang ke sini. Berasal dari provinsi sebelah yang ingin menggapai sebuah asa demi mendapatkan sebuah cita-cita. Pada hari itu tepatnya Minggu 17 agustus 2014 ia berangkat dari rumahnya dengan membawa sejuta harapan dan impian pergi ke salah satu daerah yang sebelumnya tidak pernah ia kenal bahkan sama sekali belum pernah ia singgahi Batusangkar namanya.
Berangkat sekitar jam 9 malam dari rumahnya iringan musik minang dan anggunnya cuaca malam yang menemaninya dalam perjalanan. Singkat cerita waktu telah menunjukkan pukul 7 pagi tanpa tersadar sudah sampai ke kota wisata atau salah satu kota kebanggaan masyarakat minang yaitu Bukit Tinggi. Perasaan bingung menghampiri wajahnya, entah kemana langkah yang mau diambil entah kemana arah yang dituju karena jalan ke Batusangkar tidak ia ketahui. Untung ada supir yang baik hati yang mengantarkannya ke baso yaitu simpang ke Batusangkar.
Setelah sesampai di simpang baso sang supir mengatakan inilah jalan ke batusangkar tunggu aja disini nanti ada bus ukuran ¾ lewat tumpangin saja, seraya ia membuka pintu mobil. 5 menit berlalu tetapi bus yang ia tunggu-tunggu tidak datang karena merasa lapar ia pun bergegas ke rumah makan untuk mencari sarapan. Setelah sarapan ia kembali ke simpang untuk menunggu bus dengan wajah yang lebih cerah dan perut yang lebih bersemangat ia pun bersabar untuk menunggu.
Kurang lebih setengah jam telah terlewatkan bus yang di nanti tidak kunjung tiba, cemas datang menghampirinya lalu berkata dalam hati “apa benar ini jalan ke batusangkar tapi kok bus tersebut tidak datang-datang” karena takut salah jalan ia pun memberanikan diri untuk bertanya kepada seseorang, yang pada waktu itu ada bapak-bapak yang berdiri di depan sebuah warung, dengan sapaan yang hangat dan lembut ia berbincang-bincang kepada bapak tersebut seraya menanyakan jalan ke Batusangkar dan Stain Batusangkar. Tak lama kemudian perbincangan masih hangat-hangatnya ternyata bus yang ia tunggu-tunggu datang juga perbincangan tersebut diakhiri untuk sementara karena nyatanya bapak tersebut ikut menaiki bus tersebut karena ada urusan ke salimpaung. Persawahan, udara yang ceria, angin yang hangat menemani perbincangan dan perjalanannya. Akhirnya sampai juga di kota budaya minang Batusangkar.
Menyingkat kisah, hari pertama kuliah telah ia jalani bertemu, berkenal, berbagi senyuman kepada teman-teman barunya. Bahasa dan budaya yang asing ditelinganya membuat suasana terlihat aneh di matanya. Maklum ia orang asli batak kurang mengetahui bahasa maupun budaya minang kabau. Satu per satu hari ia lalui satu per satu temannya bertambah. Karena suara dan logatnya yang minor membuat ia cepat di kenal di lokal maupun di luar lokal. Suatu ketika teman mengajak ia bermain-main ke pasar lalu memanjakan lidah di area kaki lima.
Ada satu yang ganjil dan mungkin tak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya yaitu dimana disaat dia membeli salah satu makanan yaitu pisang crispy namanya, karena merasa kelamaan menunggu dan ingin mencicipi rasa dan makanan tersebut ia mengambil pisang yang matang tersebut dari adonan. Dengan wajah senyum pedagang merespons dan menyatakan “lagi lapar ya dek, ambil saja semua pisangnya” karena masih polos atau apalah itu dengan anggunnya ia berani mengambil makanan tersebut, wajah memerah tiba-tiba menghampiri temannya. Ia pun bingung dengan apa yang terjadi karena anggapannya tidak ada yang salah.
Sesampai di kost temannya mengatakan sakit hati saya, lalu ia bertanya ada apa teman kenapa sakit hati? Lalu temannya menjawab tadi itu saat kamu mengambil pisang tersebut saya malu terlebih disaat ia mengatakan ambil saja semua dek, itu sindiran halus maksudnya jangan ambil itu lagi, dengan wajah yang malu ia pun meminta maaf kepada temannya dengan aksi konyolnya tersebut.
Hari demi hari telah ia jalani tanpa ada kendala-kendala yang berarti. Semester satu pun telah ia lalui dengan IP 3,58 senyuman mengiringi langkahnya menutup lembaran-lembaran awal di tanah minang. Lanjut ke cerita berikutnya tepatnya semester 2 di semester ini ia lebih dekat kepada teman-teman dan lebih memahami sifat dan kebudayaan dari minang kabau, dimana di semester 2 ini ia lebih berani untuk mengemukakan pendapat-pendapatnya. Di semester 2 ini juga kali pertamanya ia di usir dosen dan tidak di perbolehkan untuk masuk lokal, rasa malu, kecewa tak dapat di pungkiri dari wajahnya.
Tiap detik ia lalui di tiap jam ia tatapi, terkadang sebelum tidur dia masih membayangkan dan berfikir kenapa bisa sampai kesini haruskah takdir ini di salahkan dan tiba-tiba perasaannya muncul untuk kembali mengulang SBMPTN 2015, di dalam dadanya sudah bulat untuk kembali mengulang kuliah jika lulus nantinya di SBMPTN. Sesaat besok harinya ia menghubungi orangtuanya dan membicarakan keinginannya ini ternyata tanpa ia sadari orangtuanya merespons dengan baik dan malah mendukung sepenuhnya tekatnya tersebut.
Keesokan harinya ia langsung membeli buku-buku tentang SBMPTN. Belajar, belajar dan belajar waktunya habis untuk membahas soal soal SBMPTN tidak ada waktu mainnya lagi. Setiap teman-teman kost datang ke kamarnya pasti menggeleng-gelengkan kepala karena ulahnya yang tak henti-henti membaca buku tersebut. Sesaat berbicara-berbicara ringan kepada temannya di kantin kampus ia menyampaikan keinginannya untuk mengulang SBMPTN teman-teman satu lokalnya tidak suka dan merasa kecewa dengan keputusannya tersebut. Semua teman-teman tidak setuju kalau ia mengulang SBMPTN, tapi karena bulat dan niatnya yang telah sempurna ia tidak menghiraukan penyataan-pernyataan tersebut.
4 bulan sudah berlalu waktu yang ia tunggu-tunggu hanya menghitung hari. Tepatnya tanggal 08 juni 2015 ia berangkat ke padang untuk mengikuti ujian SBMPTN 2015. Ada sedikit kendala yang ia temukan sesaat dalam perjalanan, dimana motor yang ia kendarai knalpotnya putus dan lepas dari tempatnya. Perasaan tidak karuan menyelimuti hatinya dikarenakan ia sama sekali tidak mengerti dengan otomotif terlebih lagi motor tersebut adalah motor temannya. Karena tidak mau mengambil resiko ia langsung pergi ke bengkel untuk memperbaki kendala tersebut padahal tanpa ia sadari uangnya cukup hanya untuk makan. Sesaat masalah knalpot tersebut telah selesai di perbaiki baru ia tersadar bahwa uangnya hanya cukup untuk makan saja. Untung saja uang untuk memperbaiki knalpot tersebut hanya 15 ribu rupiah.
Keesokan harinya ia berangkat ke SMA 8 padang untuk melaksanakan ujian SBMPTN, tidak ada kendala yang berarti dan ia lebih optimis untuk menang. Setelah selesai ujian ia langsung berangkat ke batusangkar alhamdulillah ia selamat dalam perjalanan. Di semester 2 ini indeks prestasinya menurun karena ia lebih fokus ke ujian SBMPTN daripada ujian di kampusnya, tapi rasa syukur masih tertanam di dalam hatinya karena nilainya tersebut tidak jauh menurun hanya turun sebesar 0,03 dan ia menutup semester 2 ini dengan Indeks Prestasi (IP) 3,55.
Sebulan telah berlalu hari yang ia tunggu-tunggu datang juga dimana di hari itu ia menunggu hasil dari SBMPTN 2015. Tepat pukul 5 sore ia langsung membuka website resmi SBMPTN 2015 jantung yang dag-dig-dug dan perasaan optimis yang sangat besar dari dirinya, karena ia beranggapan ia bakal diterima di PTN yang ia pilih karena jika berkaca dengan hasil ujian dan kemampuannya.
Ternyata oh Ternyata takdir berkata lain dan kali keduanya ia gagal menembus PTN yang ia impikan tersebut. Waktu terus berputar lamban laun teman-teman ia yang di Batusangkar mengetahui bahwa ia tidak lulus rasa bahagia dan senang datang ke diri mereka karena tidak jadi berpisah dengan temannya tersbut.
Lanjut ke semester 3 dimana di semester ini ia lebih serius dalam hal perkuliahan dan ia telah membulatkan tekad untuk lebih serius dalam menggali ilmu karena ia beranggapan bahwa memang jalan hidupnya disini. Dimana di semester 3 ini juga kali pertamanya ia berjalin kasih dengan seorang gadis minang yang mana wanita tersebut tidak lain tidak bukan adalah juniornya di jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Lebih seru lagi dimana ia mengetahui bahwa salah satu dosen yang akan berbagi ilmu dengannya di semester 3 adalah Abdullah Khusairi dimana beliau ini adalah seorang jurnalis yang perhitungkan di Sumatera Barat. Hari demi hari telah ia lalui di semester 3 ini cerita, kisah bahkan pengalaman sedih dan seru telah ia dapatkan disini. Tetapi ada salah satu hal yang sangat ia kecewakan di semester ini  karena ia tidak mampu untuk menggali ilmu secara maksimal dengan Abdullah Khusairi.
Semester 3 telah ia lalui, itu berarti sudah sekitar 1 tahun 6 bulan ia telah berada di tanah minang ini. Nyaman tentram adalah hal yang sangat berharga yang ia dapatkan disini, Batusangkar sudah seperti rumah kedua bagi dirinya. Ia berharap semoga kedepannya banyak cerita dan hal-hal indah yang ia dapatkan, yang awalnya tersesat semoga menjadi tersentuh.    

     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar