Penulis: Panji Anugerah
Sesaat Tersesat di Tanah Minang
Melangkah dengan sebuah kebingungan dan penasaran yang menyampaikan
langkahnya kesini. Terbersit dalam hatinya kenapa disini, kenapa harus kesini.
Tidak ada perencanaan ataupun impian awalnya datang ke sini. Berasal dari
provinsi sebelah yang ingin menggapai sebuah asa demi mendapatkan sebuah
cita-cita. Pada hari itu tepatnya Minggu 17 agustus 2014 ia berangkat dari
rumahnya dengan membawa sejuta harapan dan impian pergi ke salah satu daerah
yang sebelumnya tidak pernah ia kenal bahkan sama sekali belum pernah ia
singgahi Batusangkar namanya.
Berangkat sekitar jam 9 malam dari rumahnya iringan musik minang
dan anggunnya cuaca malam yang menemaninya dalam perjalanan. Singkat cerita
waktu telah menunjukkan pukul 7 pagi tanpa tersadar sudah sampai ke kota wisata
atau salah satu kota kebanggaan masyarakat minang yaitu Bukit Tinggi. Perasaan
bingung menghampiri wajahnya, entah kemana langkah yang mau diambil entah
kemana arah yang dituju karena jalan ke Batusangkar tidak ia ketahui. Untung
ada supir yang baik hati yang mengantarkannya ke baso yaitu simpang ke
Batusangkar.
Setelah sesampai di simpang baso sang supir mengatakan inilah jalan
ke batusangkar tunggu aja disini nanti ada bus ukuran ¾ lewat tumpangin saja,
seraya ia membuka pintu mobil. 5 menit berlalu tetapi bus yang ia tunggu-tunggu
tidak datang karena merasa lapar ia pun bergegas ke rumah makan untuk mencari sarapan.
Setelah sarapan ia kembali ke simpang untuk menunggu bus dengan wajah yang
lebih cerah dan perut yang lebih bersemangat ia pun bersabar untuk menunggu.
Kurang lebih setengah jam telah terlewatkan bus yang di nanti tidak
kunjung tiba, cemas datang menghampirinya lalu berkata dalam hati “apa benar
ini jalan ke batusangkar tapi kok bus tersebut tidak datang-datang” karena
takut salah jalan ia pun memberanikan diri untuk bertanya kepada seseorang,
yang pada waktu itu ada bapak-bapak yang berdiri di depan sebuah warung, dengan
sapaan yang hangat dan lembut ia berbincang-bincang kepada bapak tersebut
seraya menanyakan jalan ke Batusangkar dan Stain Batusangkar. Tak lama kemudian
perbincangan masih hangat-hangatnya ternyata bus yang ia tunggu-tunggu datang juga
perbincangan tersebut diakhiri untuk sementara karena nyatanya bapak tersebut
ikut menaiki bus tersebut karena ada urusan ke salimpaung. Persawahan, udara
yang ceria, angin yang hangat menemani perbincangan dan perjalanannya. Akhirnya
sampai juga di kota budaya minang Batusangkar.
Menyingkat kisah, hari pertama kuliah telah ia jalani bertemu,
berkenal, berbagi senyuman kepada teman-teman barunya. Bahasa dan budaya yang
asing ditelinganya membuat suasana terlihat aneh di matanya. Maklum ia orang
asli batak kurang mengetahui bahasa maupun budaya minang kabau. Satu per satu
hari ia lalui satu per satu temannya bertambah. Karena suara dan logatnya yang
minor membuat ia cepat di kenal di lokal maupun di luar lokal. Suatu ketika
teman mengajak ia bermain-main ke pasar lalu memanjakan lidah di area kaki
lima.
Ada satu yang ganjil dan mungkin tak akan pernah ia lupakan seumur
hidupnya yaitu dimana disaat dia membeli salah satu makanan yaitu pisang crispy
namanya, karena merasa kelamaan menunggu dan ingin mencicipi rasa dan makanan
tersebut ia mengambil pisang yang matang tersebut dari adonan. Dengan wajah
senyum pedagang merespons dan menyatakan “lagi lapar ya dek, ambil saja semua
pisangnya” karena masih polos atau apalah itu dengan anggunnya ia berani
mengambil makanan tersebut, wajah memerah tiba-tiba menghampiri temannya. Ia
pun bingung dengan apa yang terjadi karena anggapannya tidak ada yang salah.
Sesampai di kost temannya mengatakan sakit hati saya, lalu ia
bertanya ada apa teman kenapa sakit hati? Lalu temannya menjawab tadi itu saat
kamu mengambil pisang tersebut saya malu terlebih disaat ia mengatakan ambil
saja semua dek, itu sindiran halus maksudnya jangan ambil itu lagi, dengan
wajah yang malu ia pun meminta maaf kepada temannya dengan aksi konyolnya tersebut.
Hari demi hari telah ia jalani tanpa ada kendala-kendala yang
berarti. Semester satu pun telah ia lalui dengan IP 3,58 senyuman mengiringi
langkahnya menutup lembaran-lembaran awal di tanah minang. Lanjut ke cerita
berikutnya tepatnya semester 2 di semester ini ia lebih dekat kepada
teman-teman dan lebih memahami sifat dan kebudayaan dari minang kabau, dimana
di semester 2 ini ia lebih berani untuk mengemukakan pendapat-pendapatnya. Di
semester 2 ini juga kali pertamanya ia di usir dosen dan tidak di perbolehkan
untuk masuk lokal, rasa malu, kecewa tak dapat di pungkiri dari wajahnya.
Tiap detik ia lalui di tiap jam ia tatapi, terkadang sebelum tidur
dia masih membayangkan dan berfikir kenapa bisa sampai kesini haruskah takdir
ini di salahkan dan tiba-tiba perasaannya muncul untuk kembali mengulang SBMPTN
2015, di dalam dadanya sudah bulat untuk kembali mengulang kuliah jika lulus
nantinya di SBMPTN. Sesaat besok harinya ia menghubungi orangtuanya dan
membicarakan keinginannya ini ternyata tanpa ia sadari orangtuanya merespons
dengan baik dan malah mendukung sepenuhnya tekatnya tersebut.
Keesokan harinya ia langsung membeli buku-buku tentang SBMPTN.
Belajar, belajar dan belajar waktunya habis untuk membahas soal soal SBMPTN
tidak ada waktu mainnya lagi. Setiap teman-teman kost datang ke kamarnya pasti
menggeleng-gelengkan kepala karena ulahnya yang tak henti-henti membaca buku
tersebut. Sesaat berbicara-berbicara ringan kepada temannya di kantin kampus ia
menyampaikan keinginannya untuk mengulang SBMPTN teman-teman satu lokalnya
tidak suka dan merasa kecewa dengan keputusannya tersebut. Semua teman-teman
tidak setuju kalau ia mengulang SBMPTN, tapi karena bulat dan niatnya yang
telah sempurna ia tidak menghiraukan penyataan-pernyataan tersebut.
4 bulan sudah berlalu waktu yang ia tunggu-tunggu hanya menghitung
hari. Tepatnya tanggal 08 juni 2015 ia berangkat ke padang untuk mengikuti
ujian SBMPTN 2015. Ada sedikit kendala yang ia temukan sesaat dalam perjalanan,
dimana motor yang ia kendarai knalpotnya putus dan lepas dari tempatnya.
Perasaan tidak karuan menyelimuti hatinya dikarenakan ia sama sekali tidak
mengerti dengan otomotif terlebih lagi motor tersebut adalah motor temannya.
Karena tidak mau mengambil resiko ia langsung pergi ke bengkel untuk memperbaki
kendala tersebut padahal tanpa ia sadari uangnya cukup hanya untuk makan.
Sesaat masalah knalpot tersebut telah selesai di perbaiki baru ia tersadar
bahwa uangnya hanya cukup untuk makan saja. Untung saja uang untuk memperbaiki
knalpot tersebut hanya 15 ribu rupiah.
Keesokan harinya ia berangkat ke SMA 8 padang untuk melaksanakan
ujian SBMPTN, tidak ada kendala yang berarti dan ia lebih optimis untuk menang.
Setelah selesai ujian ia langsung berangkat ke batusangkar alhamdulillah ia
selamat dalam perjalanan. Di semester 2 ini indeks prestasinya menurun karena
ia lebih fokus ke ujian SBMPTN daripada ujian di kampusnya, tapi rasa syukur
masih tertanam di dalam hatinya karena nilainya tersebut tidak jauh menurun
hanya turun sebesar 0,03 dan ia menutup semester 2 ini dengan Indeks Prestasi
(IP) 3,55.
Sebulan telah berlalu hari yang ia tunggu-tunggu datang juga dimana
di hari itu ia menunggu hasil dari SBMPTN 2015. Tepat pukul 5 sore ia langsung membuka
website resmi SBMPTN 2015 jantung yang dag-dig-dug dan perasaan optimis yang
sangat besar dari dirinya, karena ia beranggapan ia bakal diterima di PTN yang
ia pilih karena jika berkaca dengan hasil ujian dan kemampuannya.
Ternyata oh Ternyata takdir berkata lain dan kali keduanya ia gagal
menembus PTN yang ia impikan tersebut. Waktu terus berputar lamban laun
teman-teman ia yang di Batusangkar mengetahui bahwa ia tidak lulus rasa bahagia
dan senang datang ke diri mereka karena tidak jadi berpisah dengan temannya
tersbut.
Lanjut ke semester 3 dimana di semester ini ia lebih serius dalam
hal perkuliahan dan ia telah membulatkan tekad untuk lebih serius dalam
menggali ilmu karena ia beranggapan bahwa memang jalan hidupnya disini. Dimana di
semester 3 ini juga kali pertamanya ia berjalin kasih dengan seorang gadis
minang yang mana wanita tersebut tidak lain tidak bukan adalah juniornya di
jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Lebih seru lagi dimana ia mengetahui bahwa salah satu dosen yang
akan berbagi ilmu dengannya di semester 3 adalah Abdullah Khusairi dimana
beliau ini adalah seorang jurnalis yang perhitungkan di Sumatera Barat. Hari
demi hari telah ia lalui di semester 3 ini cerita, kisah bahkan pengalaman
sedih dan seru telah ia dapatkan disini. Tetapi ada salah satu hal yang sangat
ia kecewakan di semester ini karena ia
tidak mampu untuk menggali ilmu secara maksimal dengan Abdullah Khusairi.
Semester 3 telah ia lalui, itu berarti sudah sekitar 1 tahun 6
bulan ia telah berada di tanah minang ini. Nyaman tentram adalah hal yang
sangat berharga yang ia dapatkan disini, Batusangkar sudah seperti rumah kedua
bagi dirinya. Ia berharap semoga kedepannya banyak cerita dan hal-hal indah
yang ia dapatkan, yang awalnya tersesat semoga menjadi tersentuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar