Penulis: Panji
Anugerah
Ketika
Kebenaran Di Bungkam
Huhhh cetusnya dalam nada kesal tidak ada lagi kebenaran yang
terlihat dimatanya. Dia adalah seorang mahasiswa di salah satu universitas
negeri sumatera barat. Ke tidak adilan dan tindas menindas yang dilakukan para
penguasa membutakan hati setiap insan yang merasakannnya, Tapi tidak dengan dia
yang berani menyuarakan kebenaran dan lebih memilih diasingkan ketimbang
tertawa diatas kemunafikan. Sebut saja namanya Agus ia Semester 4 di jurusan
Ilmu komputer. Selama di semester 4 ini ia merasa banyak
permasalahan-permasalahan yang menghambat perkuliahaannya seperti
ketidakhadiran dosen, pertengkaran internal di jurusan ke tidak adaan ruang praktek yang mengakibatkan
mahasiswanya minim skill, itu adalah sebagian problema yang ia rasakan. Agus
dan temannya telah berulang kali menyampaikan keluh kesahnya kepada seorang
dosen tapi jawaban sabar sabaaar dan tunggu yang selalu menghiasi bibirnya.
Waktu yang terus berputar dan tidak peduli dengan keadannya menambah
beban berat di pundaknya. Buku absen yang seharusnya telah tercoret setengah
ternyata masih bersih dari jailnya tinta pena. Kuliah seperti tidak kuliah ucap
salah satu temannya ya benar orang telah di pertengahan semester dan telah
ujian nah kita masuk kuliah aja belum, ucap satunya lagi sembari menunjukkan
perasaan jengkel di wajahnya. Kewajiban sama tapi hak yang tak setara, seperti
di anak tirikan di kampus ini. Tidak tahan lagi untuk menahan permasalahan ini.
Semua mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer sepakat membuat kebijakan untuk
mengadakan rapat tentang permasalahan ini, dan hasilnya kita harus mengadu
kepada ketua jurusan ya ketua jurusan ucap ketua HMJ ilmu komputer.
10 orang perwakilan Ilmu komputer pergi ke ruangan ketua jurusan
untuk memberikan keluh kesah, perasaan bersemangat terlihat di raut wajah
mereka masing-masing sesaat menghampiri ketua jurusan. Kita akan menemukan
solusi permasalahan ini ucap agus sembari menunggu ketua jurusan di depan
kantornya. 5 menit berlalu ketua jurusan telah tiba. agus bersama ketua HMJ
memasuki ruangan sementara teman yang lain menunggu di luar. Tidak ada basa
basi dalam percakapan itu agus langsung menyuarakan keluh kesah dan
rintihan-rintihan mahasiswa kepada ketua jurusan bukannya mendapat angin segar
Agus malah menerima angin pecundang dan siap menerima kenyataan bahwa ketua
jurusannya lepas tangan dalam permasalahan itu.
Ini dunia atau apa sih rintihan tidak di peduli kan lagi, hak tidak
setara, kemunafikan dijadikan mahkota, kaum lemah tertindas dan kebenaran
seolah di bungkam. Mungkin mereka telah terlena rayuan manis setan, bodohhhh
ucapnya dalam hati.
Apakah prioritas utama kita hanya mengejar jabatan? Dan tidak
memikirkan hak kaum yang lemah? Jika itu memang iya mungkin merekalah
penghianat yang berkerudung itu. Tidak sampai disitu agus dan temannya tetap
bersamangat untuk menyuarakan kebenaran dan haknya, karena masih ada seribu
jalan menuju roma. Yang terlebih kebenaran harus di suarakan bagaiamana pun
itu. Seketika ide muncul sesaat sebagian mahasiswa menulis kritikan dan
menyuarakan kebenaran itu melalui majalah kampus dan tujuan mereka sederhana
supaya pejabat dan aktivis kampus mengerti dengan apa yang mereka rasa,
alih-alih untuk dibaca dan di publikasikan ternyata tulisan mereka di sobek dan
di tolak mentah-mentah oleh pemimpin redaksi majalah kampus, kejaaam! kebenaran
seolah menjadi sifat haram bagi mereka. Penguasa tolonglah dengar rintihan
pemimpi kecil ini kami pun berangan untuk menjadi besar.
Sebulan telah berlalu, Kebenaran dan hak tersebut tak kunjung di
genggam bayangan yang mampu menghampiri walau terkadang ia menghilang.
Semangatnya terus bertambah seiring dengan datangnya hujatan dan hinaan
kepadanya. Ia tetap dengan tujuannya Kebenaran harus dikibarkan walau darah
telah menetes dan mengering. Kata bijaknya tersebut menambah api juang para
teman-temannya. Minggu berikutnya agus mengumpulkan temannya dari jurusan
komputer dan mengajak kepada seluruh Mahasiswa yang peduli dengan keserakahan
ikut andil dalam perjuangan menyuarakan kebenaran. Spanduk, baliho dengan
tulisan #PrayforIlkom jangan hujat kami, kami hanya ingin kesetaraan hak dan
kebenaran telah beredar keseluruh penjuru kampus.
Situasi semakin memanas di kampus, ketika para mulut penguasa dan
pecundang telah beredar dimana-mana, perkuliahan tidak kondusif lagi dan
kembali sang pejuang kebenaran di salahkan. Mendengar ucapan, cemohoan mereka
itu agus merasa telah tertekan dan tidak ada solusi lagi selain turun kejalan
ucapnya. Dengan waktu yang begitu singkat hanya sekitar 1 jam agus berhasil
mengumpulkan 200 personil untuk mengadakan demo di depan kantor rektor. Sebelum
turun agus memberikan pengarahan kepada temannya ia memberikan sepatah kata
dengan isi Kita demo tapi tidak
dengan anarkis. Kata ini yang selalu di rekam di ingatan para teman yang
lain supaya demo dan keluhan ini berjalan dengan lancar.
Selama 3 hari menjalani demo dengan mengucap memuji keagungan tuhan
demo berjalan dengan lancar dan tertib, tetapi selama 3 hari itu pula tidak ada
solusi sedikitpun dari para penguasa. Di hari berikutnya agus dan para temannya
semakin bersemangat menyuarakan kebenaran mereka pantang mundur terlihat dari
derasnya peluh yang menggenangi raga mereka. Tiba-tiba disaat sedang panasnya
demonstrasi salah satu staff akademik memanggil agus untuk bertemu dengan
Rektor. Tanpa berpanjang waktu agus dengan cepat memenuhi panggilan itu karena
terbersit dalam hatinya permasalahan ini akan menemukan solusi.
Ucapan salam mengawali jumpa agus dan sang rektor, ada sedikit
canda gurau dalam perbincangan hangat tersebut, sesaat senyum masih menghiasi
bibir agus tiba-tiba para rektor memberikan surat dan berharap agus dengan
cepat membacanya. Setelah dibuka secara perlahan dan penasaran, hati agus
serasa menangis setelah memaknai kalimat surat tersebut yang intinya pernyataan
Drop Out (DO), dengan tegap lantang agus berdiri sembari mengucap Terimakasih
kepada sang Rektor. Setelah keluar dari kantor rektor agus langung memberikan
ucapan terimakasih kepada teman-teman api semangat kalian tak pernah padam
tetap suarakan kebenaran ini, berantas kemunafikan walau mereka berusaha untuk
menindas yakinlah, karena seorang pemimpi tidak akan pernah menyerah “Dreamer
never say to die”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar