Total Tayangan Halaman

Kamis, 09 Juni 2016

Cerpen Ketika kebenaran di bungkam

Penulis: Panji Anugerah

Ketika Kebenaran Di Bungkam
Huhhh cetusnya dalam nada kesal tidak ada lagi kebenaran yang terlihat dimatanya. Dia adalah seorang mahasiswa di salah satu universitas negeri sumatera barat. Ke tidak adilan dan tindas menindas yang dilakukan para penguasa membutakan hati setiap insan yang merasakannnya, Tapi tidak dengan dia yang berani menyuarakan kebenaran dan lebih memilih diasingkan ketimbang tertawa diatas kemunafikan. Sebut saja namanya Agus ia Semester 4 di jurusan Ilmu komputer. Selama di semester 4 ini ia merasa banyak permasalahan-permasalahan yang menghambat perkuliahaannya seperti ketidakhadiran dosen, pertengkaran internal di jurusan  ke tidak adaan ruang praktek yang mengakibatkan mahasiswanya minim skill, itu adalah sebagian problema yang ia rasakan. Agus dan temannya telah berulang kali menyampaikan keluh kesahnya kepada seorang dosen tapi jawaban sabar sabaaar dan tunggu yang selalu menghiasi bibirnya.
Waktu yang terus berputar dan tidak peduli dengan keadannya menambah beban berat di pundaknya. Buku absen yang seharusnya telah tercoret setengah ternyata masih bersih dari jailnya tinta pena. Kuliah seperti tidak kuliah ucap salah satu temannya ya benar orang telah di pertengahan semester dan telah ujian nah kita masuk kuliah aja belum, ucap satunya lagi sembari menunjukkan perasaan jengkel di wajahnya. Kewajiban sama tapi hak yang tak setara, seperti di anak tirikan di kampus ini. Tidak tahan lagi untuk menahan permasalahan ini. Semua mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer sepakat membuat kebijakan untuk mengadakan rapat tentang permasalahan ini, dan hasilnya kita harus mengadu kepada ketua jurusan ya ketua jurusan ucap ketua HMJ ilmu komputer.
10 orang perwakilan Ilmu komputer pergi ke ruangan ketua jurusan untuk memberikan keluh kesah, perasaan bersemangat terlihat di raut wajah mereka masing-masing sesaat menghampiri ketua jurusan. Kita akan menemukan solusi permasalahan ini ucap agus sembari menunggu ketua jurusan di depan kantornya. 5 menit berlalu ketua jurusan telah tiba. agus bersama ketua HMJ memasuki ruangan sementara teman yang lain menunggu di luar. Tidak ada basa basi dalam percakapan itu agus langsung menyuarakan keluh kesah dan rintihan-rintihan mahasiswa kepada ketua jurusan bukannya mendapat angin segar Agus malah menerima angin pecundang dan siap menerima kenyataan bahwa ketua jurusannya lepas tangan dalam permasalahan itu.
Ini dunia atau apa sih rintihan tidak di peduli kan lagi, hak tidak setara, kemunafikan dijadikan mahkota, kaum lemah tertindas dan kebenaran seolah di bungkam. Mungkin mereka telah terlena rayuan manis setan, bodohhhh ucapnya dalam hati.
Apakah prioritas utama kita hanya mengejar jabatan? Dan tidak memikirkan hak kaum yang lemah? Jika itu memang iya mungkin merekalah penghianat yang berkerudung itu. Tidak sampai disitu agus dan temannya tetap bersamangat untuk menyuarakan kebenaran dan haknya, karena masih ada seribu jalan menuju roma. Yang terlebih kebenaran harus di suarakan bagaiamana pun itu. Seketika ide muncul sesaat sebagian mahasiswa menulis kritikan dan menyuarakan kebenaran itu melalui majalah kampus dan tujuan mereka sederhana supaya pejabat dan aktivis kampus mengerti dengan apa yang mereka rasa, alih-alih untuk dibaca dan di publikasikan ternyata tulisan mereka di sobek dan di tolak mentah-mentah oleh pemimpin redaksi majalah kampus, kejaaam! kebenaran seolah menjadi sifat haram bagi mereka. Penguasa tolonglah dengar rintihan pemimpi kecil ini kami pun berangan untuk menjadi besar.
Sebulan telah berlalu, Kebenaran dan hak tersebut tak kunjung di genggam bayangan yang mampu menghampiri walau terkadang ia menghilang. Semangatnya terus bertambah seiring dengan datangnya hujatan dan hinaan kepadanya. Ia tetap dengan tujuannya Kebenaran harus dikibarkan walau darah telah menetes dan mengering. Kata bijaknya tersebut menambah api juang para teman-temannya. Minggu berikutnya agus mengumpulkan temannya dari jurusan komputer dan mengajak kepada seluruh Mahasiswa yang peduli dengan keserakahan ikut andil dalam perjuangan menyuarakan kebenaran. Spanduk, baliho dengan tulisan #PrayforIlkom jangan hujat kami, kami hanya ingin kesetaraan hak dan kebenaran telah beredar keseluruh penjuru kampus.
Situasi semakin memanas di kampus, ketika para mulut penguasa dan pecundang telah beredar dimana-mana, perkuliahan tidak kondusif lagi dan kembali sang pejuang kebenaran di salahkan. Mendengar ucapan, cemohoan mereka itu agus merasa telah tertekan dan tidak ada solusi lagi selain turun kejalan ucapnya. Dengan waktu yang begitu singkat hanya sekitar 1 jam agus berhasil mengumpulkan 200 personil untuk mengadakan demo di depan kantor rektor. Sebelum turun agus memberikan pengarahan kepada temannya ia memberikan sepatah kata dengan isi  Kita demo tapi tidak dengan anarkis. Kata ini yang selalu di rekam di ingatan para teman yang lain supaya demo dan keluhan ini berjalan dengan lancar.
Selama 3 hari menjalani demo dengan mengucap memuji keagungan tuhan demo berjalan dengan lancar dan tertib, tetapi selama 3 hari itu pula tidak ada solusi sedikitpun dari para penguasa. Di hari berikutnya agus dan para temannya semakin bersemangat menyuarakan kebenaran mereka pantang mundur terlihat dari derasnya peluh yang menggenangi raga mereka. Tiba-tiba disaat sedang panasnya demonstrasi salah satu staff akademik memanggil agus untuk bertemu dengan Rektor. Tanpa berpanjang waktu agus dengan cepat memenuhi panggilan itu karena terbersit dalam hatinya permasalahan ini akan menemukan solusi.
Ucapan salam mengawali jumpa agus dan sang rektor, ada sedikit canda gurau dalam perbincangan hangat tersebut, sesaat senyum masih menghiasi bibir agus tiba-tiba para rektor memberikan surat dan berharap agus dengan cepat membacanya. Setelah dibuka secara perlahan dan penasaran, hati agus serasa menangis setelah memaknai kalimat surat tersebut yang intinya pernyataan Drop Out (DO), dengan tegap lantang agus berdiri sembari mengucap Terimakasih kepada sang Rektor. Setelah keluar dari kantor rektor agus langung memberikan ucapan terimakasih kepada teman-teman api semangat kalian tak pernah padam tetap suarakan kebenaran ini, berantas kemunafikan walau mereka berusaha untuk menindas yakinlah, karena seorang pemimpi tidak akan pernah menyerah “Dreamer never say to die”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar