Total Tayangan Halaman

Kamis, 13 September 2018

Opini Kebangsaan



Buzzer Media
Penulis: Panjianugerahp@gmail.com

Tiba-tiba kita terpecah belah, yang satu dianggap anti Islam dan satu lagi disebut Islam radikal. Aku yakin kita tak seperti ini, jiwa kita tidak ada jiwa perpecahan, jiwa kita suci. Siapa bilang kita terpolarisasi? Hanya saja terjebak dalam arus itu.
Percaya atau tidak sebenarnya kita telah masuk dalam drama kolosal politisi. Namun kita terlambat menyadarinya. Sudah terlanjur dan akhirnya kita malu untuk saling bermaafan.
Sudah terlanjur basah adagium modernnya, di tengah malu kita ini tiba-tiba ada yang menyusup dengan menggiring opini kebencian melalui dunia sebelah namun kita entah kenapa seringkali percaya informasi dunia sebelah daripada dunia yang kita tempati ini.
Dunia sebelah yang dimaksud adalah dunia maya. Dunia yang didamba-dambakan banyak orang. Dunia yang tak mungkin bisa ditempati namun bisa menjadi patokan hidup seseorang. Aneh sih, namun karna telah tergilas kita kebanyakan telah menganggap semua itu hal yang lumrah.
Peradaban saat ini banyak dimulai dari sana, akar dan ujung masalah terkuak hingga rekonsiliasi harusnya dari sana. Namun itulah kita tidak bisa memanfaatkannya. Sudah banyak yang terbalik, hingga budaya malupun terbalik. Contoh sederhananya ketika perpecahan diumbar namun pada saat persatuan banyak yang malu mengumbarnya, aneh kita ini atau dunia sana yang aneh, entahlah.
Namun aku berpikir kita lugu namun terlalu pintar hingga mudah tergiring dunia sana tapi sangat selektif dengan dunia yang ditempati. Apa karna dunia sana belum pernah ditempati hingga menimbulkan kepercayaan yang baik atau karna memang tempat tinggal saat ini tetangganya banyak yang pembohong?
Tak terlepas dari baik sangka dan buruk sangka, kita harus mengakui ada sosok buzzer yang telah mengobrak-abrik pikiran dengan tanpa izin. Buzzer kali ini tidak hanya mampu mengolah isu di media namun telah masuk di dalam kehidupan.
Buzzer hari ini semakin leluasa, semakin terlihat adu domba sana sini. Namun banyak dari kita tidak pernah menyakini itu, malah sang korban (Islam radikal dan Anti Islam) yang terus diteriaki, apa tidak menjadi kacau? Kita semestinya yakin golongan yang anti Islam dan Islam Radikal itu hanya simbolik dari apa yang buzzer kerjakan.
Jika diizinkan untuk berbicara frontal, buzzer ini yang seharusnya diteriaki. Pandai-pandainya ia merusak persatuan karena politik kekuasaan. Lebih dari itu buzzer telah merusak harmonisasi yang telah berabad-abad dibangun.
Sejarah telah mencatat bangsa ini diusahakan oleh manusia yang beragam, tak pernah jadi pertanyaan apalagi menjadi masalah apa latar belakang namun yang pasti kita satu tubuh kita satu rahim yang tanpa pamrih berjuang menegakkan persatuan di tanah surga yang tongkat bisa jadi tanaman.
Saya teringat beberapa saat yang lalu, ketika teman saya sebegitu terpukulnya melihat pemimpin idolanya dimaki-maki di dunia maya. Ia sampai berniat untuk mencari siapa-siapa saja yang merusak citra pemimpinnya itu bahkan ia rela berdarah-darah, Sebegitukah? Rela perang saudara? Dalam hati saya berkata, ini adalah korban buzzer media.
Siapakah engkau? Dimanakah engkau sekarang? Yang beraktivitas sebagai buzzer mohon kembalikan persatuan yang telah terpolarisasi ini. negara ini telah banyak mengandung beban, utang menggunung, anak bangsa masih banyak yang tak bergizi. Jika ingin mencari kekuasan jangan begini caranya, kasihan bagi mereka yang belum paham, ini merusak peradaban dan pastinya akan mengurangi vitamin Demokrasi kita.
          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar