Media, Peranmu Begitu Besar
Penulis: Panji Anugerah
Sore itu selepas sholat ashar, ada segerombolan anak-anak yang
begitu riuh dihalaman mesjid. Mereka meniru beberapa adegan yang sedang viral
di media, adegannya memang tidak salah tapi faedahnya tidak ada. Saat diamati
tujuan mereka hanya satu, ingin populer!
Belakangan ini, hasrat untuk menjadi populer semakin menjadi-jadi
di kalangan anak-anak. terlebih gadget sangat mudah dijangkau. Tantangan besar
untuk kita semua? Ya ini adalah tentangan besar untuk kita semua. Ketika dicermati
secara mendalam bahwasanya kemajuan teknologi yang begitu pesat ini
dimanfaatkan segelintir orang untuk merusak perilaku generasi muda. Terlihat
saja, mulai dari aplikasi ataupun fitur-fitur yang mengundang anak-anak
tersebut melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat atau bahkan menyimpang.
Menelisik lebih
jauh, ini tak lain adalah peran media. Begitu kencang dan mematikan. Media saat
ini bukan hanya berfungsi sebagai sarana informasi tetapi mampu membangun suatu
budaya baru bahkan peradaban baru. Jadi tidak heran, jika anak-anak saat ini
lebih maju, lebih dewasa dan mungkin lebih hancur moralnya.
Konten di media yang
masih banyak dipenuhi hal-hal tidak bermakna dan tidak berkualitas. Gagalnya
konten media sebagai representasi dalam pembinaan moral anak. akan menciptakan
anak yang tidak berkelas dan tidak bermoral. Belum lagi tayangan televisi yang
semakin hari semakin tidak bermutu. Pekerja media saat ini lebih mementingkan
rating daripada memberikan tayangan yang berkualitas.
Hal ini telah
menjadi perbincangan hangat pengamat ataupun aktivis-aktivis pendidikan. Adalah
hal yang kontradiktif jika berbicara penggunaan media dan larangan memakai
media kepada anak. media sejatinya bersifat netral, akan menjadi bermanfaat
jika user dan penggunaannya di isi untuk hal-hal yang positif. Begitu
juga sebaliknya, media akan menjadi hal yang buruk jika dipergunakan untuk
sarana hal-hal yang bersifat negatif.
Tak bisa
dipungkiri, menggunakan media secara cerdas butuh pengetahuan dan pengalaman.
Karena ini menyangkut kebiasaan dan kebudayaan setempat. Karena standarisasi
positif dan negatif tersebut adalah bagian dari suatu norma di dalam suatu
masyarakat. Sudah saatnya pemanfaatan media ini dibarengi dengan pendidikan
yang intensif dimulai sejak dari keluarga hingga lingkungan formal seperti
sekolah, pesantren dan sebagainya.
Harapannya dari
pihak pemerintah, pengamat dan pekerja media harus berkolaborasi dalam
menumbuhkan kesadaran bermedia yang baik dan cerdas, terkhusus untuk generasi
muda (anak-anak-remaja). Karena apa yang media tampilkan saat ini akan menjadi platform
bahkan sebagai cara hidup seseorang
kelak. Seperti kata pepatah jika ingin melihat kualitas suatu negara maka
lihatlah tayangan di medianya.
Peristiwa anak seperti yang dikisahkan diatas bukanlah hal yang
baru, namun telah banyak ribuan anak yang melakukan bahkan lebih parah dari
kisah yang diatas. Tetapi masyarakat kita, aktivis, praktisi bahkan pemerintah
kita memandang hal tersebut bukan sebagai ancaman. Ya, mungkin ada benarnya
kali ini tidak ada ancaman 3-5 tahun lagi bagaimana? Apakah tidak kita
pikirkan? Kelemahan kita seperti ini, jika belum terjadi hal-hal yang tidak di
inginkan kita hanya berdiam diri atau memandang tersebut dengan sebelah mata. Jika
telah terjadi, baru sibuk dan saling menyalahkan satu sama lain. Bukankah lebih
baik mencegah daripada mengobati?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar