Total Tayangan Halaman

Sabtu, 21 Juli 2018

Peran media begitu besar


Media, Peranmu Begitu Besar
Penulis: Panji Anugerah

Sore itu selepas sholat ashar, ada segerombolan anak-anak yang begitu riuh dihalaman mesjid. Mereka meniru beberapa adegan yang sedang viral di media, adegannya memang tidak salah tapi faedahnya tidak ada. Saat diamati tujuan mereka hanya satu, ingin populer!
Belakangan ini, hasrat untuk menjadi populer semakin menjadi-jadi di kalangan anak-anak. terlebih gadget sangat mudah dijangkau. Tantangan besar untuk kita semua? Ya ini adalah tentangan besar untuk kita semua. Ketika dicermati secara mendalam bahwasanya kemajuan teknologi yang begitu pesat ini dimanfaatkan segelintir orang untuk merusak perilaku generasi muda. Terlihat saja, mulai dari aplikasi ataupun fitur-fitur yang mengundang anak-anak tersebut melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat atau bahkan menyimpang.
            Menelisik lebih jauh, ini tak lain adalah peran media. Begitu kencang dan mematikan. Media saat ini bukan hanya berfungsi sebagai sarana informasi tetapi mampu membangun suatu budaya baru bahkan peradaban baru. Jadi tidak heran, jika anak-anak saat ini lebih maju, lebih dewasa dan mungkin lebih hancur moralnya.
            Konten di media yang masih banyak dipenuhi hal-hal tidak bermakna dan tidak berkualitas. Gagalnya konten media sebagai representasi dalam pembinaan moral anak. akan menciptakan anak yang tidak berkelas dan tidak bermoral. Belum lagi tayangan televisi yang semakin hari semakin tidak bermutu. Pekerja media saat ini lebih mementingkan rating daripada memberikan tayangan yang berkualitas.    
            Hal ini telah menjadi perbincangan hangat pengamat ataupun aktivis-aktivis pendidikan. Adalah hal yang kontradiktif jika berbicara penggunaan media dan larangan memakai media kepada anak. media sejatinya bersifat netral, akan menjadi bermanfaat jika user dan penggunaannya di isi untuk hal-hal yang positif. Begitu juga sebaliknya, media akan menjadi hal yang buruk jika dipergunakan untuk sarana hal-hal yang bersifat negatif.
            Tak bisa dipungkiri, menggunakan media secara cerdas butuh pengetahuan dan pengalaman. Karena ini menyangkut kebiasaan dan kebudayaan setempat. Karena standarisasi positif dan negatif tersebut adalah bagian dari suatu norma di dalam suatu masyarakat. Sudah saatnya pemanfaatan media ini dibarengi dengan pendidikan yang intensif dimulai sejak dari keluarga hingga lingkungan formal seperti sekolah, pesantren dan sebagainya.
            Harapannya dari pihak pemerintah, pengamat dan pekerja media harus berkolaborasi dalam menumbuhkan kesadaran bermedia yang baik dan cerdas, terkhusus untuk generasi muda (anak-anak-remaja). Karena apa yang media tampilkan saat ini akan menjadi platform bahkan  sebagai cara hidup seseorang kelak. Seperti kata pepatah jika ingin melihat kualitas suatu negara maka lihatlah tayangan di medianya.
Peristiwa anak seperti yang dikisahkan diatas bukanlah hal yang baru, namun telah banyak ribuan anak yang melakukan bahkan lebih parah dari kisah yang diatas. Tetapi masyarakat kita, aktivis, praktisi bahkan pemerintah kita memandang hal tersebut bukan sebagai ancaman. Ya, mungkin ada benarnya kali ini tidak ada ancaman 3-5 tahun lagi bagaimana? Apakah tidak kita pikirkan? Kelemahan kita seperti ini, jika belum terjadi hal-hal yang tidak di inginkan kita hanya berdiam diri atau memandang tersebut dengan sebelah mata. Jika telah terjadi, baru sibuk dan saling menyalahkan satu sama lain. Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati?
           

Senin, 02 Juli 2018

Kisah Inspiratif Algore


Menerima Kekalahan
Oleh: Panji Anugerah

            Kita teringat kisah hebat Algore pada pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2000. Kala itu pertarungan sengit terjadi antara Algore dan Bush Jr. semua daerah di AS telah dilakukan penghitungan suara kecuali florida. Perbedaan suara sangat-sangatlah tipis hingga menjadikan hasil dari Florida yang akan menentukan siapa yang menuju dan bermukim di gedung putih.
            Ketika telah dilakukan penghitungan suara di Florida, hasil menunjukkan Bush Jr menang dengan selisih sekitar 1700-an suara. Tim dari Algore tidak terima dengan hasil ini karena mereka mencium adanya kecurangan yang dilakukan Bush Jr ataupun timnya. Kecurigaan dari tim Algore itu sangatlah mendasar karena sama-sama diketahui gubernur yang menjabat di Florida kala itu adalah saudara Bush Jr.
            Tim Algore mendesak supaya Algore menggugat hasil itu, dengan berat hati Algore mendengar aspirasi dari timnya. Setelah dilakukan penghitungan suara ulang ternyata benar suara yang awalnya berselisih sekitar 1700-an menyusut hingga menjadi 300 suara.
            Tim Algore semakin percaya bahwa ada kecurangan dibalik ini, dengan semangat dan desakan yang lebih tinggi dari sebelumnya Algore kembali didesak dan menuntut agar masalah ini dibawah ke ranah hukum. tapi Algore tak mau. Kala itu Algore adalah seorang petahana (Wakil Presiden). Sebenarnya jika ia mau masalah ini akan terbuka terlebih ia seorang yang mempunyai otoritas.
            Di kemudian hari, Algore mendapatkan salah satu penghargaan bergengsi dunia yaitu (NOBEL) sementara Bush Jr termasuk salah satu pemimpin terburuk yang pernah ada dalam sejarah pemerintahan AS.

Apa yang dapat kita ambil dari kisah yang singkat ini?
Semua orang berhak untuk bertarung, semua orang berhak mencari strategi untuk menang, namun semua orang tidak berhak untuk mehal jalankan kecurangan. Karena sejatinya hal yang paling tinggi itu bukanlah kesuksesan namun hikmah dan pembelajaranlah yang paling tinggi.
Algore tau bahwa dengan nafsu yang menggebu itu tidak akan membuat ia semakin dihormati malah akan dilecehkan. Semoga menginspirasi kita semua!