Total Tayangan Halaman

Senin, 23 Oktober 2017

Mengapa turun ke jalan?



Mengapa Kita Turun Ke Jalan?
Oleh: Panji Anugerah

Mengapa Kita Turun Ke Jalan? Apakah Kita turun ke Jalan Bangsa Ini akan Baik? Apakah kita Turun Bisa Mengubah Kebijakan? Inilah beberapa pertanyaan-pertanyaan yang selalu di lemparkan Pemuda (Mahasiswa) yang masih skeptis dalam pergerakan. Turun kejalan adalah salah satu bentuk keresahan dan tidak kesetujuan kita terhadap suatu kebijakan. Mengkritik pemerintah adalah salah satu trik menembak dengan potensial karena dengan itu bisa berubahnya suatu tatanan dari atas hingga ke akar-akarnya. Muncul pertanyaan lagi Lebih baik kita berbuat hal-hal yang kreatif daripada mengkritisi? Berbuat hal-hal yang kreatif boleh bahkan sangat dianjurkan karena itu sebagian cara untuk membangun bangsa ini tapi harus dilandasi sifat yang kritis, kenapa? jika Kreatif tanpa di dukung oleh kebijakan Pemeritah yang pro sama saja dengan bohong. Kan kita berdiri sendiri? Memang benar secara prinsip bisa berdiri sendiri tapi dalam konsep kewarganegaraan kita tidak bisa berdiri sendiri secara struktural, kenapa? Kebijakan Pemerintah itu adalah diatas segalanya misalnya saja jika kita punya Perusahaan tetapi secara Ekonomi Pemerintah yang memegang kendali, jadi menurunnya pertumbuhan ekonomi atau meningkatnya pasti akan berdampak dengan perusahaan tadi.
Kembali ke konsep awal, Turun ke jalan adalah bentuk kontrol Pemuda terhadap Pemerintah. Karena Bangsa Indonesia sendiri lahir oleh perjuangan kaum-kaum muda. Pemuda punya 4 peran yang harus di aplikasikan untuk kemajuan bangsa ini yaitu agent of change, social control, iron stock, dan moral force. Sudah banyak aksi, kok nggak ada yang berubah? Perubahan itu butuh proses dan nggak boleh nyerah jika aksi kita ditolak bahkan dianggap anarkis. Sedikit berbicara Sejarah  pada tahun 1941  Soekarno pernah di penjara di suka miskin, Bung Hatta diasingkan Ke Belanda dan Tan Malaka ke luar negri dan pada saat itu beberapa golongan Rakyat telah pupus harapannya dan menganggap suatu kemerdekaan hanyalah mimpi belaka. Tetapi tidak dengan Soekarno, hatta, dll mereka masih yakin bahwa tidak ada yang tak bisa dicapai jika dengan sungguh-sungguh. Memang benar tepat 4 tahun silam Indonesia Merdeka dari Kolonial. Suatu pergerakan itu tidak berubah sekejap mata tetapi  butuh proses walau kita nantinya tidak menikmatinya tapi anak dan cucu kita dapat menikmati suatu udara yang benar-benar terhindar dari kezaliman.
Jadi jangan pernah diam melihat suatu kezaliman, sejatinya bangsa ini banyak problematika bukan karena banyaknya orang jahat tetapi karena diamnya orang-orang baik. Terlebih disaat menjadi mahasiswa, ambil bagianlah dalam setiap aksi gerakan. Jika menilik sejarah Mahasiswa adalah ujung tombak dari peradaban di Indonesia. Turun kejalan bukanlah perilaku yang anarkis apalagi radikal, yakinlah!. Turun kejalan bukanlah perbuatan yang memalukan, percayalah! Turun kejalan bukanlah sifat orang bodoh yakinlah dan percayalah padaku. Sudah cukup pikiranmu itu dibodohi oleh media, sudah cukup jiwamu itu di nodai perkataan orang-orang yang sangat ego dan hanya sibuk dengan dunianya sendiri. Tolong dengar ucapanku ini, bangun dan bergeraklah bangsa ini butuh pikiranmu, rakyat butuh sumbangsihmu dan pertiwi mendamba hadirmu. Apalagi yang kau ragukan? Ini sudah benar-benar nyata tidak ada kesemuan belaka.
Sekali lagi jangan pernah tanyakan kenapa mereka turun kejalan, tapi tanyakanlah kenapa saya tidak ikut turun? Sebuah keharusan bagi pemuda (Mahasiswa) untuk ambil bagian dalam perbaikan bangsa karena  Perguruan Tinggi didirikan bukan semata-mata untuk kemajuan masa depan Personalia tapi jauh dari itu Perguruan Tinggi didirikan untuk kemajuan bangsa ini seperti mana yang cita-citakan pendahulu. Mahasiswa itu kemewahannya adalah idealisnya, dan hati nuraninya adalah langkah awal untuk bergerak. Mahasiswa itu kewajibannya untuk mengkritisi karena itu adalah esensinya. Sebuah peradaban akan tumbuh jika pemudanya mempunyai sifat kritis dan kreatif. Mau melihat Indonesia madani? Bergerak, berbuat dan berhentilah menghujat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar