Total Tayangan Halaman

Selasa, 15 Agustus 2017

puisi: untuk indonesia



Elegi Indonesia
Penulis: Panji Anugerah

Indonesia… tiap detik aku selalu memikirkanmu
Merenungi setiap problema dibawah senja yang kini begitu panas
air matamu tumpah ruah, ketika melihat anakmu terus bercerai
memperebutkan warisan yang engkau tinggalkan.

Indonesia… tiap waktu aku selalu bersujud mengemis do’a
Merajut asa dan realita dengan hikmat
Agar anak-anakmu ini kembali dijalan-Nya
Meluruskan jalan hidup yang kini begitu keliru

Indonesia… angin malam ini begitu syahdu
Beriringan dengan elegi puisiku yang begitu mengiris hati
Mendengar celotehan anakmu yang tak dapat sekolah
Akibat mahalnya bahan pokok dan murahnya harga karet

Indonesia… hujan ini begitu merdu
Seperti deruh kaum buruh yang termarjinalkan
Merintih, terhimpit hingga rindu
Rindu akan cinta manusia yang mampu mensejahterakan

Indonesia, pelangi ini begitu sendu
Menatap binar matamu yang kini tua dan renta
Ingin rasanya melerai waktu
Tapi apa daya, anakmu masih sibuk dengan perang saudara

Indonesia…tolong jangan menangis kali ini, kumohon!
Hari ini dan hari ini….
aku ingin mendekapmu se-erat mungkin
melemparkan nada keluh ke rahim telingamu
Selamat ulang tahun cinta sejatiku, maaf bila kurang romantis!




Demokrasi sedang sakit



Demokrasi Kita Sedang Sakit
Oleh: Panji Anugerah
Bangkit dan bersatulah kaum pewaris peradaban, karena negri kita ini lagi carut marut dan Demokrasi yang di perjuangkan dengan darah dan air mata digadaikan dengan begitu saja dengan dalih ketentraman  rakyat tapi nyatanya itu hanyalah omong kosong belaka karena alasan itu hanya semata-mata untuk mempernyenyak tidur penguasa. Indonesia hari ini sudah jauh dari ideologi substansifnya, pancasila ditafsirkan dengan seenaknya saja di monopoli dengan sesukanya saja mungkin karena politik praktis telah masuk di dalamnya. Coba kita lihat adanya Perppu No 2 Tahun 2017  yang mana itu mengkerdilkan sifat dan fungsi-fungsi ormas.
Demokrasi kita sedang sakit kebebasan berpendapat yang mana telah di suratkan dalam UUD 1945 pasal 28 E (3) tidak berjalan sesuai fungsinya lagi. Mari kita amati orang-orang yang sungguh berniat untuk menegur para penguasa yang mungkin lalai dalam amanahnya malah dikatakan sebagai provokator, pengujar kebencian dan di sebut subversif. Indonesia hari ini sedang tidak baik-baik saja salah satu kekayaan rakyatnya (Demokrasi) telah dikebiri, telah dirampas lagi dan lagi alasannya adalah untuk membina kerukunan.
Demokrasi diambang kematian, kenapa tidak? Kampus yang perannya sebagai tempat orang-orang yang peduli akan bangsa, kampus yang fungsinya sebagai tempat bebas berekspresi, bebas mengeluarkan pendapat telah di kekang, karena Mahasiswa saat ini dianggap sebagai orang-orang yang spratis dan selalu membuat onar.
Demokrasi kita sedang sakit, Mahasiswa di polisikan, Mahasiswa di pukuli dihantam layaknya durjana elit. Kaum kritis dihabisi, kaum perusak dihormati sistem mulai menjadi diktator ketika hukum tidak menjadi pelindung bagi orang-orang yang berjuang di jalan kebenaran
Demokrasi kita diambang kematian, kenapa tidak? Rezim hari ini sangat anti kritik, pola pikir yang bermental kapitalis telah tumbuh dibenak penguasa, lihat saja investor rakus telah datang dari segala penjuru untuk membumihanguskan kekayaan bumi pertiwi ini.
Wahai pewaris peradaban kita harus ambil bagian dalam masalah ini mari kita junjung Demokrasi karena pada prinsipnya kekuasaan ada ditangan rakyat. Janganlah menghambah pada ketakutan karena itu akan menambah barisan perbudakan, dan janganlah bersifat netral karena diam adalah tindak kejahatan. Ketika pemuda diam melihat suatu persoalan maka kehancuran suatu bangsa hanya menunggu waktu