Total Tayangan Halaman

Selasa, 21 Februari 2017

sekilas tentang kisah




Sekilas Tentang Kisah
Penulis: Panji Anugerah
email: Panjianugerahp@gmail.com
Merindukanmu adalah hal yang sangat menakjubkan. Mengajari untuk bertahan didalam kejamnya sepi, indahnya  luka dan berharganya suatu  pertemuan. Jarak terkadang seperti arak yang memabukkan, terasa terbang  jika terus untuk melawannya, Dari dekatnya jengkal hingga jauhnya bintang, menghiasi setiap nada-nadaku jika ingin berpuisi untukmu. Terkadang aku sangat ego jika mempunyai waktu, dekat menjadikan jenuh dan jauh menjadikan rindu. Entah apa yang menyelimuti batinku. Sesak tak bertepi, memendam asa, menghilangkan rasa. Suatu bentuk pengabdian yang aku idam-idamkan tak kunjung menghampiri, walau sejuta perjuangan ku lalui demi mendapat sebongkah kebahagiaan. Mereka anggap bahagia itu sederhana, tapi aku menganggap sederhana itulah bahagia. Seperti angin yang merasa bahagia setelah memberikan tubuhnya kepada dunia baik siang maupun malam baik hujan maupun panas.
Teduh matamu, sumringahnya senyummu dan romantisnya akhlakmu yang membuatku merasa tidak ada kisah seabadi cintamu. Aku belum berani melontarkan puisi ini ketelingamu, karena sampai saat ini aku masih bingung dari mana datangnya cinta . Hal-hal yang kerdil akan begitu besar jika ada engkau didalamnya. Aku begitu memujamu, dan tak akan pernah berhenti hingga mungkin terbatasnya waktuku. Aku sangat berterimakasih banyak kepada Tuhanku yang hingga detik ini, masih menjaga nafasmu dari kejamnya malaikat. Tak ada kata selain SYUKUR dan tak ada sikap semulia BERSYUKUR kepada DIA yang memberikan triliunan kebahagiaan dan kepedihan. Jika pedih dinikmatilah dan jika berseri bahagialah tanpa jeda dan BERSYUKURLAH sebanyak-banyaknya. Setiap tetes airmatamu yang tertumpah, yakinlah dunia merana jingga.
Jejak langkahmu adalah sejarah peradaban yang membangun sebuah budaya-budaya tanpa pamrih dan tak kenal lelah. Berjuang, bernyali ikhlas demi cita yang tinggi dan kehidupan yang madani. Jutaan tetes keringat, ribuan airmata tak pernah kau perhitungkan semuanya demi kedamaian dan cinta. Ketika banyak yang mengusik tapi kau tetap kokoh dan lebih masif untuk berjalan. Sebuah hinaan, problema, pengkhianatan, kezaliman tingkat dewa telah lumrah dan itu telah menjadi sarapan pagimu. Hal yang sering kau sampaikan padaku adalah jadilah orang yang bermakna untuk hidup orang dan jangan pernah berhenti karena dunia hanya sekejap dari perjalanan malam. Mencintailah tanpa berharap untuk dicintai, hiduplah tanpa berharap untuk dihidupi orang lain. Hidup itu bukan sebuah perjalanan yang harus dikejar tetapi sebuah kisah yang harus diwarnai dan dipertahankan. Warnai dengan iman, akhlak dan perjuangan, pertahankan dengan agama cinta, dan cita. Yakinlah, makmur akan menghampirimu dengan sendirinya.
            Tingginya mimpimu yang menerbangkanku ke alam fiksi, yang berceritakan dunia dongeng hingga bidadari sekalipun tidak mengerti alur ceritanya. Disudut senja kau sering menghayal dan bahkan merasa bahwa bintang itu tidak akan indah jika bukan malam yang menemaninya. Kau juga pernah bercerita bahwa bintang pernah kau peluk cium dengan manja dan akhirnya kau tertidur. Hingga saat ini nalarku, jiwaku terus bertanya-tanya bahkan berontak apa maksud pernyataanmu itu. Badanku semakin kurus, tawaku semakin pahit dan bola mataku menguning kau memang tak bertanggung jawab dan pernyataanmu itu menyesatkan. Apakah memang mimpi harus dibalas dengan mimpi? Sampai saat ini aku tidak tau jawabannya, tapi yang penting aku telah bermimpi dan mimpiku adalah memeluk bintang.
            Tegarnya jiwamu yang hingga saat ini semua orang tidak mengetahui bahwa hidupmu sangat getir. Mentari yang begitu mendidih, langit yang begitu menghanguskan itu semua adalah teman seperjuanganmu. Yang mengajarimu bagaimana merangkai suka, menenun luka, hingga menjahitkan kehidupan yang bermuara istiqamah. Kau merasa hidup ini adalah rahmat terbaik yang diturunkan-Nya hingga kau benar-benar menikmatinya dan sampai saat ini aku belum pernah melihat bingkaian rasa kecewa dibibirmu. Kau adalah pahlawan, pencerah, penyejuk gundah kehidupan tapi kau tak pernah mau menerimanya. Sebuah kata, nada, cerita telah lengkap kau alirkan di sendi kehidupanku, baik yang berakhiran sendu maupun candu.
            Sejuknya senyummu yang hingga saat ini meneduhkan dan menentramkan batinku yang terlibas dunia yang penuh dengan teka-teki. Ketika Tuhan telah menggariskan sesuai dengan Takdir-Nya, sebuah perjuangan adalah wujud cinta dari ekspresi kasih sayang. Ketika pembuktian telah menjadi harga mati, membuat kau tersenyum berani mati ku tekadkan. selama sunrise masih rupawan, dan senja begitu menawan, aku tidak akan pernah berhenti menulis ceritamu seperih apapun itu hingga mungkin nanti hari lelahku tiba, maka tersenyumlah!


Minggu, 19 Februari 2017

Puisi Perjuangan



Kepalkan Tanganmu!
Penulis: Panji Anugerah

Demi Dzat yang Maha Kuasa ku ikhlaskan Hidup dan Matiku
Demi Bangsa yang terzalimi ku kepalkan tanganku.
Demi rakyat yang tertindas kupersembahkan darah juangku
Selama darah masih mengalir
Selama jantung masih berdetak
Akan kupastikan langkahku tak akan pernah mundur!
Berjuang, melawan, merenggut kembali kebahagiaan yang telah dirampas.
Tegak untuk menantang
Berdiri untuk merobohkan
Mari kita bersatu, menghancurkan Dinasti Kezaliman.
Jangan lengah perjalanan kita masih panjang
Untuk menuntaskan kesengsaraan yang telah menjulang
            menyegarkan mimpi yang telah usang
            mengembalikan senyum rakyat yang hilang
            Demi terwujudnya bangsa yang madani dan gemilang
Wahai, kawanku jika hari ini keadilan dilema
Yang Melumpuhkan rakyat yang tak berada
Yang menyengsarakan rakyat miskin desa
Maka pastikanlah turun, harga mati bagi penguasa
Jangan takut, jangan gentar!
Mari kita ramaikan jalanan
Dengan penuh keihklasan dan keagamaan
Kita bangun negri jalanan
Yang penuh keadilan dan kecintaan
Dan Mengutamakan asas kesejahteraan
            Wahai, Kawanku begitu mirisnya hari ini
            Hukum tidak berlaku lagi,  bagi mereka kaum tirani
            Apa yang salah dengan negri ini?
            Apakah keadilan tidak berlaku di zaman ini?
Angkat wajahmu dari keterpurukan
Mari kita goncangkan peradaban
Yang sesuai hati nurani dan iman      
Dan Yakinlah, Keberanian tak akan mempercepat kematian.

Hatiku Terjebak disana



Hatiku Terjebak disana, Dina!
Penulis: Panji Anugerah

Haruskah aku menikmati bayang-bayang ini sendirian?
merasakan cekatnya pelangi yang terluka
Biarkan aku menyimpan bayangmu, mengabadikan kisahmu, melukis air mata yang jatuh di kelopak pipimu, memayungimu disaat hujan, meneduhkanmu disaat senja, menjaga semua lelahmu hingga nanti ku terjaga bahwa ini terlalu pahit untuk dipertahankan. mengapa kita harus dipertemukan? haruskah aku terluka? menahan semua beban getirnya derita dan menikmati semua cerita fiksi. terus melaju dalam ketertatihan langkah membeku diujung waktu. aku pernah mencoba untuk beranjak, melangkah, berjalan dengan asa dan kepastian menghilangkan benci disaat sendiri tapi itu tidak mampu, memang kali ini hatiku benar-benar tertinggal di sana. coba tatap rona mataku yang terkadang berlinang-linang merasakan perihnya hati yang tertinggal. sayup-sayup nadiku terdengar, menjerit pilu memaksa hati untuk keluar tapi tak berhasil jua. mohon keluarkan dia dengan damai, beri jalan petunjuk aku yakin dia telah telah tersesat.
Dimana Penatku bersandar pada kenyataan, Harapan yang selama ini kusimpan menghilang. sebuah berita pahit terpampang di sebuah koran pagiku, hatimu telah dicuri!