Buzzer Media
Penulis: Panjianugerahp@gmail.com
Tiba-tiba kita terpecah belah, yang satu dianggap anti Islam dan
satu lagi disebut Islam radikal. Aku yakin kita tak seperti ini, jiwa kita
tidak ada jiwa perpecahan, jiwa kita suci. Siapa bilang kita terpolarisasi?
Hanya saja terjebak dalam arus itu.
Percaya atau tidak sebenarnya kita telah masuk dalam drama kolosal
politisi. Namun kita terlambat menyadarinya. Sudah terlanjur dan akhirnya kita
malu untuk saling bermaafan.
Sudah terlanjur basah adagium modernnya, di tengah malu kita ini
tiba-tiba ada yang menyusup dengan menggiring opini kebencian melalui dunia
sebelah namun kita entah kenapa seringkali percaya informasi dunia sebelah
daripada dunia yang kita tempati ini.
Dunia sebelah yang dimaksud adalah dunia maya. Dunia yang
didamba-dambakan banyak orang. Dunia yang tak mungkin bisa ditempati namun bisa
menjadi patokan hidup seseorang. Aneh sih, namun karna telah tergilas kita
kebanyakan telah menganggap semua itu hal yang lumrah.
Peradaban saat ini banyak dimulai dari sana, akar dan ujung masalah
terkuak hingga rekonsiliasi harusnya dari sana. Namun itulah kita tidak bisa
memanfaatkannya. Sudah banyak yang terbalik, hingga budaya malupun terbalik.
Contoh sederhananya ketika perpecahan diumbar namun pada saat persatuan banyak
yang malu mengumbarnya, aneh kita ini atau dunia sana yang aneh, entahlah.
Namun aku berpikir kita lugu namun terlalu pintar hingga mudah
tergiring dunia sana tapi sangat selektif dengan dunia yang ditempati. Apa
karna dunia sana belum pernah ditempati hingga menimbulkan kepercayaan yang
baik atau karna memang tempat tinggal saat ini tetangganya banyak yang
pembohong?
Tak terlepas dari baik sangka dan buruk sangka, kita harus mengakui
ada sosok buzzer yang telah mengobrak-abrik pikiran dengan tanpa izin. Buzzer
kali ini tidak hanya mampu mengolah isu di media namun telah masuk di dalam
kehidupan.
Buzzer hari ini semakin leluasa, semakin terlihat adu domba sana
sini. Namun banyak dari kita tidak pernah menyakini itu, malah sang korban
(Islam radikal dan Anti Islam) yang terus diteriaki, apa tidak menjadi kacau? Kita
semestinya yakin golongan yang anti Islam dan Islam Radikal itu hanya simbolik
dari apa yang buzzer kerjakan.
Jika diizinkan untuk berbicara frontal, buzzer ini yang seharusnya
diteriaki. Pandai-pandainya ia merusak persatuan karena politik kekuasaan. Lebih
dari itu buzzer telah merusak harmonisasi yang telah berabad-abad dibangun.
Sejarah telah mencatat bangsa ini diusahakan oleh manusia yang
beragam, tak pernah jadi pertanyaan apalagi menjadi masalah apa latar belakang
namun yang pasti kita satu tubuh kita satu rahim yang tanpa pamrih berjuang
menegakkan persatuan di tanah surga yang tongkat bisa jadi tanaman.
Saya teringat beberapa saat yang lalu, ketika teman saya sebegitu
terpukulnya melihat pemimpin idolanya dimaki-maki di dunia maya. Ia sampai
berniat untuk mencari siapa-siapa saja yang merusak citra pemimpinnya itu
bahkan ia rela berdarah-darah, Sebegitukah? Rela perang saudara? Dalam hati
saya berkata, ini adalah korban buzzer media.
Siapakah engkau? Dimanakah engkau sekarang? Yang beraktivitas
sebagai buzzer mohon kembalikan persatuan yang telah terpolarisasi ini. negara
ini telah banyak mengandung beban, utang menggunung, anak bangsa masih banyak
yang tak bergizi. Jika ingin mencari kekuasan jangan begini caranya, kasihan
bagi mereka yang belum paham, ini merusak peradaban dan pastinya akan
mengurangi vitamin Demokrasi kita.